Back

Kurs Rupiah Indonesia Menguat ke 16.562 di Tengah Dinamika Global, Waspadai PMI Manufaktur ISM AS

  • Rupiah menguat ke sekitar Rp16.562/USD meski Indeks Dolar AS naik, didorong aksi beli investor di pasar obligasi domestik.
  • Ekonomi AS melambat, dengan PDB terkontraksi 0,3% dan pasar tenaga kerja melemah di tengah inflasi yang masih tinggi.
  • Indonesia lanjut ke tahap negosiasi bilateral dengan AS pasca IMF Spring Meeting, disepakati melalui pembentukan Working Group dan penandatanganan NDA.

Pasangan mata uang USD/IDR masih melanjutkan pelemahannya setelah menembus ke sisi bawah kisaran 16.860-16.900, yang kini kurs Rupiah Indonesia (IDR) tampak perkasa di sekitar level 16.562 per Dolar AS (USD). Meski DXY telah menghijau selama tiga hari berturut-turut, namun penguatan Rupiah telah menyeret pasangan mata uang tersebut lebih rendah menjelang rilis PMI Manufaktur ISM AS malam ini (waktu Indonesia). 

Di pasar obligasi, Imbal Hasil Obligasi Indonesia bertenor 10 Tahun melemah ke 6,85% pada siang ini, sementara imbal hasil 5 tahun naik ke 6,7%. Penurunan pada tenor 10 tahun terjadi karena meningkatnya aksi beli dari investor lokal, yang memanfaatkan kondisi pasar untuk menambah portofolio mereka di instrumen pendapatan tetap.

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, menyampaikan perkembangan terkait pergerakan nilai tukar Rupiah dalam pertemuan yang digelar pada hari Rabu, melalui acara APBN Kita edisi April 2025. Nilai tukar Rupiah diasumsikan berada pada Rp16.000 per Dolar AS, dengan realisasi rata-rata hingga Maret sebesar Rp16.443 dan posisi akhir Maret mencapai Rp16.829. Fluktuasi nilai tukar ini dipengaruhi oleh dinamika global, termasuk tertahannya penurunan suku bunga acuan The Fed akibat inflasi dan ketatnya pasar tenaga kerja di Amerika Serikat, serta kebijakan perdagangan agresif dari Presiden AS, seperti penerapan tarif resiprokal terhadap sekitar 70 negara. 

Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak Greenback terhadap enam mata uang utama, menarik pembeli selama tiga hari berturut-turut dan merangkak naik ke level tertinggi dua minggu, saat ini berada di sekitar 99,92 di sesi Asia pada siang hari Kamis, semakin mendesak ke level psikologis 100. Penguatan harian Dolar AS (USD) ditopang oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang meningkatkan harapan akan kemungkinan meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Performa Ekonomi AS Kuartal Pertama 2025: PDB Kontraksi, Pasar Tenaga Kerja Melemah

Pada kuartal pertama 2025, Produk Domestik Bruto (PDB) AS terkontraksi 0,3% secara tahunan, jauh di bawah ekspektasi pertumbuhan 0,4% dan penurunan tajam dari ekspansi 2,4% di kuartal sebelumnya. Inflasi inti PCE bulan Maret naik 2,6% secara tahunan, sesuai prakiraan namun melambat dari 2,8% di Februari. Dengan pelemahan yang terjadi, para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pemotongan suku bunga sebesar 1% oleh Federal Reserve (The Fed) AS tahun ini yang membantu Dolar AS menguat.

Selain itu, lowongan pekerjaan menurut survei JOLTS, yang dirilis pada hari Selasa – turun ke 7,19 juta, terendah sejak September 2024, menunjukkan melemahnya permintaan tenaga kerja di tengah ketidakpastian ekonomi.

Trump Percaya Diri, Kesepakatan Dagang dengan Tiongkok Kemungkinan Besar akan Tercapai

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyampaikan komentar terkait perdagangan dengan Tiongkok kepada NewsNation dalam program balai kota yang menandai tonggak sejarah 100 hari pertama masa jabatan keduanya di Ruang Oval.

Trump menyatakan kesepakatan dagang dengan Tiongkok kemungkinan besar akan tercapai, namun dengan syarat yang ditentukan oleh Amerika Serikat. “Ada kemungkinan besar mencapai kesepakatan, tetapi kami akan melakukannya sesuai dengan ketentuan kami,” ujar Trump, seraya menyebut Tiongkok sebagai “raja yang menipu Amerika Serikat.”

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebelumnya telah mengisyaratkan kesiapan untuk menurunkan bea masuk terhadap produk asal Tiongkok, sementara pemerintah Tiongkok menghapus sebagian barang impor dari AS dari daftar tarif sebesar 125%. Tindakan kedua pihak ini menumbuhkan optimisme bahwa ketegangan dagang yang telah berlangsung lama antara dua kekuatan ekonomi utama dunia berpotensi mereda dalam waktu dekat.

Indonesia Melanjutkan ke Tahap Negosiasi Bilateral dengan AS

Pada tanggal 14-24 April 2025, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan mengadakan pertemuan dengan sejumlah otoritas Amerika Serikat dalam rangka IMF WBG Spring Meeting. Pihak-pihak AS yang ditemui antara lain US Treasury, US Trade Representative (USTR), US Commerce, dan US Foreign Affairs.

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan tersebut, Indonesia menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada 24 April 2025. Dalam pertemuan tersebut, Amerika Serikat menyambut baik inisiatif Indonesia dan menyebutnya sebagai “awal yang sangat baik.”

Dari sekitar 100 negara yang telah menjalin komunikasi dengan AS, hanya sekitar 20 negara – termasuk Indonesia – yang melanjutkan ke tahap negosiasi bilateral.

Sebagai tindak lanjut, Indonesia dan Amerika Serikat telah menandatangani Non-Disclosure Agreement (NDA), dan akan melanjutkan pembahasan melalui diskusi teknis selama 60 hari ke depan melalui Working Group yang telah dibentuk.

Pasar Waspada Jelang Rilis PMI Manufaktur ISM AS, Diprakirakan Turun ke 48

Para pelaku pasar cenderung berhati-hati menjelang rilis data Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) Amerika Serikat, yang dijadwalkan akan diumumkan pada Kamis ini, pukul 14:00 GMT (21:00 WIB).

PMI Manufaktur ISM turun menjadi 49 pada Maret 2025 akibat melemahnya permintaan dan produksi, PHK pegawai berlanjut akibat ketidakpastian pasar. Kenaikan tarif mendorong lonjakan harga, penumpukan pesanan, keterlambatan pengiriman, dan peningkatan inventaris manufaktur. Pasar kini memprakirakan data ini akan turun lagi ke 48. 

Indikator Ekonomi

PMI Manufaktur ISM

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Institute for Supply Management (ISM), yang dirilis setiap bulan, merupakan indikator utama yang mengukur aktivitas bisnis di sektor manufaktur AS. Indikator tersebut diperoleh dari survei terhadap eksekutif pemasok manufaktur berdasarkan informasi yang mereka kumpulkan di organisasi masing-masing. Respons survei mencerminkan perubahan, jika ada, pada bulan ini dibandingkan bulan sebelumnya. Angka di atas 50 menunjukkan bahwa ekonomi manufaktur secara umum berkembang, yang merupakan tanda bullish bagi Dolar AS (USD). Angka di bawah 50 menandakan aktivitas pabrik secara umum menurun, yang dipandang sebagai bearish bagi USD.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Kam Mei 01, 2025 14.00

Frekuensi: Bulanan

Konsensus: 48

Sebelumnya: 49

Sumber: Institute for Supply Management

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Institute for Supply Management (ISM) memberikan pandangan yang andal terhadap keadaan sektor manufaktur AS. Data di atas 50 menunjukkan bahwa aktivitas bisnis berkembang selama periode survei dan sebaliknya. IMP dianggap sebagai indikator utama dan dapat menandakan pergeseran siklus ekonomi. Hasil cetak yang lebih kuat dari perkiraan biasanya berdampak positif pada USD. Selain IMP utama, data Indeks Ketenagakerjaan dan Indeks Harga yang Dibayar diawasi dengan cermat karena keduanya menyoroti pasar tenaga kerja dan inflasi.

Pertanyaan Umum Seputar TARIF

Meskipun tarif dan pajak keduanya menghasilkan pendapatan pemerintah untuk mendanai barang dan jasa publik, keduanya memiliki beberapa perbedaan. Tarif dibayar di muka di pelabuhan masuk, sementara pajak dibayar pada saat pembelian. Pajak dikenakan pada wajib pajak individu dan perusahaan, sementara tarif dibayar oleh importir.

Ada dua pandangan di kalangan ekonom mengenai penggunaan tarif. Sementara beberapa berpendapat bahwa tarif diperlukan untuk melindungi industri domestik dan mengatasi ketidakseimbangan perdagangan, yang lain melihatnya sebagai alat yang merugikan yang dapat berpotensi mendorong harga lebih tinggi dalam jangka panjang dan menyebabkan perang dagang yang merusak dengan mendorong tarif balas-membalas.

Selama menjelang pemilihan presiden pada November 2024, Donald Trump menegaskan bahwa ia berniat menggunakan tarif untuk mendukung perekonomian AS dan produsen Amerika. Pada tahun 2024, Meksiko, Tiongkok, dan Kanada menyumbang 42% dari total impor AS. Dalam periode ini, Meksiko menonjol sebagai eksportir teratas dengan $466,6 miliar, menurut Biro Sensus AS. Oleh karena itu, Trump ingin fokus pada ketiga negara ini saat memberlakukan tarif. Ia juga berencana menggunakan pendapatan yang dihasilkan melalui tarif untuk menurunkan pajak penghasilan pribadi.


 

NZD/USD Menurun Dekat 0,5900 Saat Dolar AS Menguat Menjelang PMI Manufaktur ISM

Pasangan mata uang NZD/USD telah memangkas kenaikan harian dan sedang terdepresiasi, diperdagangkan di dekat 0,5920 selama awal sesi Eropa pada hari Kamis. Dolar Selandia Baru (NZD) menghadapi tekanan seiring meningkatnya ekspektasi untuk pelonggaran moneter lebih lanjut oleh Reserve Bank of New Zealand (RBNZ)
Leer más Previous

Nikkei 225 Jepang Lanjutkan Kenaikan ke 36.544,15 Pasca Keputusan Suku Bunga BoJ

Nikkei 225 Jepang menutup hari peragangan keempat minggu ini di 36.452,08 naik 1,13%.
Leer más Next